Menyambut Ulang Tahunnya yang ke 76 SDK Maria Fatimah Jember adakan Pekan Budaya dan bazar. Berbagai kesenian ditampilkan dalam acara ini, juga mengadakan lomba mewarnai untuk anak Taman Kanak-kanak. Dalam acara ini juga melibatkan orang tua wali murid untuk berpartisipasi dalam bazar yang diadakan dihalaman sekolah. Sehingga kegiatan ini tampak marak dan meriah, meski hanya dilakukan di halaman sekolah saja.
Mewakili Kadiknas Jember, Djumari kepada wartawan mengatakan, kegiatan yang diadakan oleh SDK Maria Fatimah Jember ini sudah sangat baik. Ditambahkannya bahwa, ditingkat sekolah dasar itu yang diutamakan ada empat pilar yang harus ditumbuh kembangkan kepada anak didik. Yakni olah hati, olah pikir, olah rasa dan karsa, dan olah raga.
Tampaknya hal ini sederhana, tapi cukup berat untuk dilakukan. Kalau sampai tidak terpenuhi satu atau beberapa pilar maka pendidikan anak akan terhambat. “Tapi di SDK Maria Fatimah Jember ini semua itu sudah terlaksana dengan baik, semua sudah ditumbuh kembangkan kepada anak didik,” kata Djumari.
Hal tersebut diamini oleh sejumlah guru yang hadir disitu, dikatakan Theresia Sandio, bahwa keempat-empatnya sudah dilaksanakan semua. Bahkan sejumlah kegiatan untuk murid-murid dipertajam sehingga mereka terus berprestasi disegala bidang. Hingga kejenjang yang lebih tinggi, dari tingkat kabupaten, regional, hingga kejenjang nasional. Bahkan beberapa kali ketingkat internasional, seperti yang akan dilakukan kedepan.
Sementara dikatakan Kepala Sekolah SDK Maria Fatimah Jember, Suster Priska SPm bahwa SDK Maria Fatimah ini sudah berdiri sejak tahun 1920 pada saat penjajahan Belanda, penjajahan Jepang dan sampai sekarang tetap ada. Awalnya SDK ini bernama Room Katholik, baru 1 Pebruari 1935 namanya diganti dengan SDK Maria Fatimah I dan SDK Maria Fatimah II Jember dan sekarang setelah dimerger menjadi SDK Maria Fatimah Jember saja.
Ditambahkan Suster Priska, untuk bangunan-bangunannya tetap dipertahankan keasliannya, khususnya untuk bangunan yang didepan. Karena dipertahankan untuk cagar budaya masa lampau yang masih tersisa di Jember. Kalau yang dibelakang, karena penyesuaian perkembangan jumlah murid akhirnya disesuaikan dengan ditingkat. “Pembangunan ini semata untuk pengabdian terhadap pendidikan, sehingga bisa menampung murid yang lebih banyak,” kata Suster Priska.
Kesenian Daerah
Sejumlah acara kesenian daerah ditampilkan, seperti tari-tarian, kentrung, reog, macan-macanan kaduk dan kesenian yang dibawakan oleh murid-murid SDK Maria Fatimah Jember seperti Kolintang, Gamelan, dan Angklung serta tak ketinggalan barongsai. Semua ini digelar dihalaman sekolah yang luas sehingga para murid dan orang tua bisa menikmati sajian kesenian ini dengan leluasa.
Acara yang digelar selama 2 hari, Sabtu dan Minggu (19-29/2) ini selalu dipadati penonton yang ingin menikmati sajian kesenian daerah, terutama tampilan anaknya dipentas. Seorang ibu, Flora sejak pagi sudah disekitar tempat pentas kesenian. Selain melihat acara seni yang lain, ia juga menunggu anaknya tampil dalam acara tari-tarian anak-anak SDK. “Saya senang, acara keseniannya bagus-bagus, juga tampilan murid-murid juga indah dan rapi,” kat Flora.
Beberapa pengunjung ada yang dari luar negeri, mereka datang dari Jerman, Amerika dan Belanda. Mereka mengaku bekas murid SDK Maria Fatimah II Jember tahun 1973, saat ini tinggal di Amerika sebagai desainer. Seperti yang dikatakan Bayu Hadiwinoto, bahwa ia sering merindukan masakan Indonesia. Banyak juga masakan khas Indonesia yang dijual di Amerika, tapi yang khas Jember belum pernah ditemukan. “Kadung kepincut masakan Jember, gak pernah ketemu masakan ini lagi di Amerika,” kata Bayu.
Ditanya tentang kesenian yang paling menonjol saat ini, Suster Priska mengatakan ada beberapa, tapi bisa dibilang mengarang dan paduan suara yang sampai tingkat nasional. Untuk paduan suara paling menonjol, karena setelah menang di tingkat nasional beberapa waktu lalu sebentar lagi akan lomba diluar negeri, yakni di Thailand. “Mereka yang terlibat dalam paduan suara saat ini berkonsentrasi untuk lomba di Thailand,” kata Suster Priska.
Hal ini dibenarkan oleh beberapa guru, seperti yang dikatakan Ibu Susana Maria Kanik, dan Ibu Theresia Sandio. Untuk menghadapi lomba di Thailand ini para murid memang harus lebih disiapkan. Karena disamping membawa nama sekolah juga membawa nama bangsa. “Mudah-mudahan lomba paduan suara yang dibawakan murid-murid SDK Maria Fatimah Jember ini bisa membawa nama harum bangsa,” kata Ibu Susana. (mc_humas/jbr-R Dewanto Nsantoro).
0 komentar:
Posting Komentar