Rabu, 23 Februari 2011

Nelayan Payangan Panen Yak-siak Kecil


Setelah baberapa lama menunggu akhirnya kini nelayan Payangan Watu Ulo mulai panen ikan tongkol dan yak-siak kecil. Setidaknya dikatakan nelayan Payangan panen ikan ini sudah berlangsung sekitar satu bulan. Tapi disela musim panen ikan muncul kendala, air dimuara Payangan dangkal, sehingga sejumlah perahu nelayan Payangan banyak yang kesulitan melaut. Selama ini perahu yang bisa melaut tidak kembali ke Payangan, Watu Ulo lagi tapi mendarat di Pantai wisata Papuma, Watu Ulo. Sehingga untuk membawa hasil panen, para nelayan harus memindahkan ikannya dari Papuma ke Payangan yang jaraknya sekitar 3 km.

Seorang Nelayan, Suryama (45) mengatakan, musim ikan yak-siak ini sudah berlangsung sekitar satu bulan lebih. Nelayan di Payangan tiap hari membawa puluhan ton ikan yak-siak kemudian menjemurnya di pantai. Untuk pemasarannya tiap hari ada pengepul yang datang ke Payangan untuk membeli yak-siak kering dari nelayan. Sehingga para nelayan Payangan tidak terlalu repot untuk memasarkan yak-siak hasil tangkapannya. Mereka (nelayan) hanya mencari ikan dilaut, kemudian menjemurnya selama seharian, dan saat penjualannya sudah ada pengepul yang datang untuk membelinya.
Dikatakan Sur, selama ini sehabis melaut, para nelayan membawa ikannya dari Watu Ulo ke Payangan. Disini sudah menunggu istri nelayan dan anak-anaknya yang siap menjemur ikan diatas alas yang menyerupai jarring. Setelah menjemur ikan, mereka tinggal sesekali membalikkan ikan yang dijemurnya agar keringnya merata. Jika tidak mendung atau hujan, ikan hasil tangkapan pagi, sore harinya sudah kering dan bisa dijual.
Seorang pengusaha pindang di Payangan Rolin (54) mengatakan, sebenarnya musim panen ikan kali ini disamping yak-siak kecil juga musim ikan tongkol besar dan kecil. Tapi umumnya nelayan yang mencari ikan tongkol terus membawa dan menjual tongkolnya di tempat pelelangan ikan (TPI) Puger.
Hal ini disebabkan di Payangan masih belum ada TPI seperti di Puger, sehingga pedagang yang mau kulakan enggan ke Payangan. “Padahal di Payangan ini juga cukup banyak hasil tangkapan ikannya. Kalau di Payangan ada TPI seperti di Puger, saya yakin Payangan akan ramai dikunjungi pedagang dan wisatawan,” kata Rolin.
Ditambahkannya lokasi perburuan ikan yak-siak lebih ketepi dibanding perburuan ikan tongkol. Karena ikan tongkol yang jumlahnya sangat banyak itu umumnya diperairan yang cukup dalam. Jadi nelayan yang memburu yak-siak dan nelayan yang memburu tongkol tidak saling terganggu. “Mungkin alam sudah mengkondisikan seperti itu, sehingga mereka tidak saling mengganggu dalam mencari ikan,” tambahnya.

Potensial Untuk Ekspor
Meskipun nelayan yang ada di Payangan, Watu Ulo tidak sebanyak nelayan yang ada di Puger, tapi hasil dari melaut mereka banyak yang termasuk konsumsi ekspor. Seperti tuna, ikan karang, dan kerang macan yang kesemuanya termasuk total ekspor. Untuk perburuan ikan tuna, oleh pemerintah sudah disumbang dari dana alokasi khusus sebanyak tiga buah kapal tuna.
Permintaan ikan tuna, kakap merah, kerapu, dan beberapa jenis ikan karang lainnya terus mengalir dari luar negeri. Diantaranya dari Cina, Taiwan, Hongkong, Jepang dan Korea Selatan. Juga beberapa biota laut lainnya seperti kerang Macan yang merupakan permintaan dari Taiwan, Cina, dan Jepang.
Tapi ekspor ini masih dilakukan oleh pengusaha yang ada di Benoa-Bali, dan Jakarta. Sehingga keberadaan pengusaha atau pengepul ikan di Payangan masih sebatas pengirim ikan laut dan belum menikmati hasil penjualan ekspor dari laut Payangan.
Hasil ikan dan kerang macan dari Payangan, Watu Ulo dikirim ke Benoa dan Jakarta. Setelah di sortir dan dipaking lagi baru di ekspor ke luar negeri. “Kalau seperti ini terus, yang dapat nama hanya pengusaha Bali dan Jakarta. Kami di Payangan Jember hanya sebagai pemasok dan tidak bisa menikmati harga ekspor ikan dari luar negeri,” tambah Rolin. (R Dewanto Nusantoro)

0 komentar:

Posting Komentar

 
Powered by Blogger | Printable Coupons