Jember Terbina. Beberapa pekan ini para pengusaha tempe tahu dan susu kedelai di Jember mengalami masa sulit dalam memproduksi. Hal ini disebabkan oleh susahnya mencari bahan baku utama yang langka dipasaran yaitu kedelai lokal.
Seperti diketahui, penyebab sulitnya mendapatkan kedelai sekarang ini dikarenakan banyak petani yang enggan menanam kedelai disaat cuaca buruk. Dibeberapa daerah di Jember, para petani mengaku bahwa lahan pertaniannya belum cukup efektif untuk ditanami kedelai sehingga mereka takut akan gagal panen serta merugi.
Saat ini para pengusaha tempe tahu dan susu kedelai banyak beralih menggunakan kedelai impor untuk mengganti kedelai lokal. Meski harganya mahal, kedelai impor dianggap mempunyai kwalitas daripada kedelai lokal yang ada sekarang ini. Adapun harga kedelai impor di Jember sendiri mengalami kenaikan berkisar Rp. 6.100 sampai Rp. 6.200 per kilogram. Sedangkan harga kedelai lokal Rp. 6.000 per kilogram.
Keadaan ini tentunya membuat para pengusaha kecil di Jember menjadi kuatir terhadap kelangsungan usahanya. Karena sudah banyak diantara pengusaha tempe tahu dan susu kedelai sudah siap-siap beralih usaha lain serta meninggalkan usaha yang sudah lama dijalani tersebut. Demikian ungkap Abdurrahman, salah satu pengusaha tempe dari Patrang Jember.
Abdurahman menuturkan, dengan minimnya suplai bahan baku kedelai saat ini membuat para pengusaha tempe banyak melakukan strategi penjualannya. Misalnya, Harga tempe ukuran sedang yang biasanya dijual Rp 1.000 per potong dinaikkan menjadi Rp 1.500 per potong. Begitu juga dengan tahu mentah ukuran sedang yang semula dijual dengan harga Rp 250 per potong, kini menjadi Rp 350 hingga Rp 400 per potong.
Cara lain supaya tidak terlalu rugi, pengusaha juga akan menekan proses produksinya seperti, mengurangi ukuran tahu dan tempe 0,5 centimeter hingga 1 centimeter. “Tapi tidak sering-sering, nanti pembeli akan ngomel-ngomel”. Imbuh Abdurahman.
Sementara itu, minimnya kedelai juga membuat usaha susu kedelai mengalami kemerosotan omzet. Keadaan tersebut membuat para pengusahanya tertekan dan merasakan hal yang sama untuk menggunakan kedelai impor sebagai bahan bakunya. Seperti yang dilakukan penjual susu kedelai di sekitar kampus, Arif.
Arif menjelaskan, susu kedelai buatannya terpaksa dinaikan harga jualannya agar mutu rasanya tetap dan konsumennya tetap membeli. Harga susu kedelai yang biasanya dijual Rp. 4.000 per botol besar dinaikan menjadi Rp. 4.500 per botolnya. “Meski harus memakai kedelai impor, yang penting susu kedelainya enak”. Paparnya.
Ditambahkan, walaupun harga kedelai impor lebih mahal tapi warnanya bersih dan rasanya enak. Sedangkan kedelai lokal yang ada kwalitasnya kurang baik untuk dibuat susu. “Untuk sementara memakai kedelai impor dulu. Tidak apa-apa, tapi kalau memang ada yang lebih baik saya akan membelinya”. Kata Arif.
Andalkan distributor
Ditempat terpisah, distributor kedelai asal Balung Jember, Lisnawati memaparkan bahwa akibat langkanya kedelai lokal dipasaran, dirinya saat ini kualahan melayani permintaan kedelai impor. Karena banyak pengusaha kecil yang berbahan dasar kedelai yang memburunya.
Lisnawati juga mengatakan kalau para pengusaha tempe tahu dan susu kedelai sekarang mengandalkan pembelian bahan dari para distributor ketimbang pada petani langsung. Oleh sebab itu pihaknya selalu menyiapkan stok kedelai impor digudangnya. “Walaupun mahal, yang penting dapat membantu meringankan beban pengusaha kecil dan suplainya tetap lancer”. Katanya.
Seperti halnya para pengusaha tempe tahu dan susu kedelai, Lisnawati sebagai distributor juga mengharapkan agar pemerintah bisa mencarikan solusi terkait kelangkaan dan tingginya harga kedelai ini. (mc_humas/jbr)
0 komentar:
Posting Komentar